
Inflasi
pada bulan Oktober terutama bersumber dari inflasi komponen administered prices
(AP). Inflasi komponen AP tercatat sebesar 0,57% (mtm) atau secara tahunan
mengalami inflasi sebesar 0,17% (yoy).
Inflasi AP secara bulanan tersebut
terutama bersumber dari kenaikan tarif listrik, harga bahan bakar rumah tangga,
tarif kereta api serta harga rokok kretek filter, rokok kretek, dan rokok
putih. Sementara itu, inflasi komponen inti tercatat rendah sebesar 0,10% (mtm)
atau 3,08% (yoy), sejalan dengan masih terbatasnya permintaan domestik,
terkendalinya ekspektasi inflasi, dan menguatnya nilai tukar rupiah. Selain
itu, rendahnya inflasi inti juga disebabkan oleh deflasi emas perhiasan seiring
penurunan harga emas global.
Di sisi lain, kelompok volatile food (VF) tercatat
mengalami deflasi sebesar 0,26% (mtm) atau secara tahunan mengalami inflasi
sebesar 7,54% (yoy). Deflasi VF tersebut terutama bersumber dari koreksi harga
komoditas bawang merah, daging ayam ras, telur ayam ras, kentang, ikan segar,
dan cabai rawit.
Ke
depan, inflasi diperkirakan tetap terkendali dan berada di sekitar batas bawah
sasaran inflasi 2016, yaitu 4%±1% (yoy). Koordinasi kebijakan Pemerintah dan
Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi akan terus dilakukan, dengan fokus
pada upaya menjamin pasokan dan distribusi, khususnya berbagai bahan kebutuhan
pokok, dan menjaga ekspektasi inflasi.
0 comments:
Post a Comment