
"Turunnya Rupiah di hadapan dolar AS ada karena masih bergantung pada barang impor," ucap Aher di Kantor Bappenas, Jakarta, Senin (11/5/2015) malam.
Untuk itu, dirinya meminta kepada pemerintah pusat dan industri pada khususnya agar mengubah pola pikir tidak lagi menggunakan bahan baku impor. Bahan baku ini harus dapat diproduksi dalam negeri. Pasalnya, dengan masih tingginya impor, perekonomian Indonesia rentan sekali yang menimbulkan melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS.
"Kemudian ketika ada peristiwa perlambatan ekonomi Jawa Barat paling dahulu terkena karena 50 persen lebih industri manufaktur ada di Jawa Barat. Jadi para ekonomi katakan mengapa terjadi perlambatan, pertama karena eksternal. Tapi yang kedua yang barangkali harus jadi perhatian kita semua untuk memperkuat basis perekonomian kita dengan industri nilai tambah," tegasnya.
Menurut Aher, dengan cara memperkuat industri di dalam negeri yang memproduksi bahan baku dan membuat industri nilai tambah, akan membuat kekuatan ekonomi baru. Sehingga, Rupiah pun akan menjadi kuat, karena tidak tergantung pada impor.
"Justru sejatinya bahan yang kita ekspor adalah bahan jadi. Dengan kita ekspor bahan mentah kita sama saja dengan ekspor lapangan kerja. Ini yang saya kira terkait dengan kemandirian perekonomian," tukasnya.
0 comments:
Post a Comment