728x90 AdSpace

  • Latest News

    Powered by Blogger.
    Thursday, February 5, 2015

    Proyeksi dan Koreksi Pertumbuhan Ekonomi

     
    Senin, 12 Januari 2015, 13:00 WIB
    Tahun 2014 telah berakhir dengan menyisakan berbagai pelajaran. Salah satunya adalah proyeksi pertumbuhan ekonomi global dan domestik yang terkoreksi. Setelah mengumumkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada awal 2014, lembaga internasional, seperti IMF dan World Bank tercatat melakukan koreksi pertumbuhan ekonomi global yang menjadi referensi bagi perhitungan proyeksi pertumbuhan ekonomi berbagai negara di dunia. International Monetary Fund (IMF) dalam World Economic Outlook tercatat melakukan koreksi pertumbuhan ekonomi global sebanyak empat kali, yaitu pada Maret, April, Juli, dan Oktober. Sedangkan, World Bank melakukan koreksi pertumbuhan ekonomi global pada Juni 2014.

    Berangkat dari optimisme proyeksi pertumbuhan ekonomi global, pada awal 2014 Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional akan lebih baik dan mendekati batas bawah kisaran 5,8-6,2 persen. Hal ini sejalan dengan perbaikan ekonomi global menurut IMF yang akan mencapai 3,65 persen dan berlanjutnya proses konsolidasi ekonomi domestik yang mengarah ke kondisi lebih seimbang. World Bank malah lebih optimis dibandingkan IMF. Bank dunia ini mematok angka 3,70 persen sebagai prakiraan pertumbuhan ekonomi global 2014.  Membaiknya kondisi ekonomi global akan dimotori oleh Amerika Serikat (AS) dan Jepang yang diperkirakan IMF akan mencapai 2,8 persen dan 1,7 persen, serta indikasi pemulihan ekonomi di kawasan Eropa (0,96 persen), Tiongkok (7,5 persen), dan India (5,4 persen). Perbaikan ini diperkirakan dapat berlanjut sepanjang 2014 sehingga dapat menopang ekonomi Indonesia ke depan, baik dari jalur perdagangan maupun jalur finansial. Tak mengherankan apabila perkembangan tersebut mendorong proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2014 lebih baik dari capaian 2013 yang sebesar 5,78 persen.

    Namun, sampai akhir triwulan I 2014 perkembangan global menunjukkan pemulihan ekonomi dunia meskipun masih berlanjut, namun dengan akselerasi yang tidak sekuat perkiraan sebelumnya. Pemulihan terutama ditopang oleh perbaikan ekonomi negara maju, sejalan dengan masih berlanjutnya stimulus moneter dan menurunnya hambatan fiskal. Sementara pertumbuhan ekonomi Tiongkok belum kembali meningkat terkait dengan kebijakan rebalancing yang ditempuh.

    Perkembangan ini pada gilirannya menyebabkan kenaikan harga komoditas primer dunia masih terbatas. Selain itu, isu terkait dengan normalisasi kebijakan moneter the Fed (bank sentral Amerika Serikat) dan kerentanan eksternal yang dapat muncul di beberapa negara emerging markets secara tiba-tiba mulai menghantui pasar keuangan global yang rentan terhadap gejolak capital reversal sehingga berpotensi memberikan tekanan terhadap nilai tukar.

    Perkembangan ekonomi global yang tidak sebaik perkiraan tersebut mendorong moderasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan akan lebih rendah dari perkiraan semula. Ini akibat lebih terbatasnya pengaruh pelaksanaan pemilu dibandingkan dengan dampak pada periode-periode pemilu sebelumnya, serta berjalannya transmisi kebijakan stabilisasi yang ditempuh Bank Indonesia dan pemerintah.

    Sementara itu, pertumbuhan investasi termasuk investasi nonbangunan diperkirakan kembali naik, terutama mulai semester II 2014. Ekspor riil juga diperkirakan akan berada dalam tren meningkat, meskipun tidak sekuat perkiraan sebelumnya. Ini akibat pertumbuhan ekonomi dunia yang belum kuat dan dampak temporer implementasi UU Minerba.

    Dengan perkembangan ekonomi global dan domestik yang tidak sekuat perkiraan sepanjang paruh pertama triwulan I 2014, Bank Indonesia pada Maret 2014 melakukan koreksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2014 turun menjadi 5,5-5,9 persen dari perkiraan pada awal tahun yang sebesar 5,8-6,2 persen.

    Dalam perjalanannya, perkembangan sampai tengah Triwulan II 2014 menunjukkan pemulihan ekonomi dunia meskipun masih berlanjut, namun tak merata. Perbaikan kondisi ekonomi global terutama ditopang oleh perekonomian negara-negara maju seiring dengan kebijakan moneter yang akomodatif dan meredanya tekanan fiskal. Pemulihan ekonomi AS yang semakin kuat tercermin dari revisi ke atas PDB pada triwulan I 2014 dan meningkatnya realisasi PDB pada triwulan II 2014, seiring dengan meningkatnya investasi, konsumsi, dan sektor eksternal. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di negara berkembang relatif terbatas sehingga mendorong berlanjutnya penurunan harga komoditas.

    Di sisi domestik, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2014 melambat. Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2014 tercatat 5,12 persen (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2014 sebesar 5,22 persen (yoy). Perlambatan tersebut disebabkan oleh masih lemahnya kinerja ekspor komoditas sumber daya alam, seperti batu bara, CPO, dan mineral. Hal ini tampak dari perkembangan ekonomi regional. Perlambatan ekonomi pada triwulan II 2014 berasal dari melambatnya ekonomi di beberapa daerah basis produksi komoditas tambang dan perkebunan, seperti Sumatra dan Kalimantan. Selain itu, perlambatan pertumbuhan ekonomi juga bersumber dari terkontraksinya belanja pemerintah, akibat penangguhan bantuan sosial dan melambatnya kegiatan investasi nonbangunan. Namun, pertumbuhan ekonomi triwulan II 2014 masih mendapat dukungan dari kinerja konsumsi rumah tangga yang cukup kuat, antara lain terkait aktivitas pemilu dan terjaganya daya beli masyarakat sejalan dengan tingkat inflasi yang menurun.

    Dengan perkembangan ekonomi global yang masih kurang menggembirakan yang pengaruhnya terhadap perekonomian domestik sangat dirasakan tersebut, Bank Indonesia kembali melakukan koreksi pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan tahun 2014. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan turun dalam kisaran 5,1-5,5 persen dengan kecenderungan menuju batas bawah.

    Pada triwulan III, pemulihan ekonomi dunia terus berlanjut, meskipun berjalan tidak seimbang. Seiring dengan masih lemahnya permintaan global, pertumbuhan ekonomi domestik masih dalam kecenderungan melambat. Pertumbuhan ekonomi triwulan III 2014 tercatat 5,01 persen (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2014 sebesar 5,12 persen (yoy).

    Pada triwulan IV, pemulihan ekonomi dunia terus berlanjut meski tidak merata dan cenderung lambat. Perekonomian AS yang menjadi motor pemulihan ekonomi global, terus menunjukkan perbaikan dan berada dalam siklus yang meningkat. Sementara itu, perekonomian Eropa dan Jepang masih mengalami tekanan meskipun terus dilakukan stimulus dari sisi moneter. Perlambatan ekonomi Tiongkok juga terus berlangsung akibat proses rebalancing ekonomi yang ditempuhnya. Perkembangan ini telah mendorong turun harga komoditas global.

    Dinamika tersebut berpengaruh terhadap struktur ekspor Indonesia dengan meningkatnya ekspor manufaktur dan terus tertekannya ekspor komoditas primer. Sementara itu, harga minyak dunia menurun drastis sehingga berpengaruh positif terhadap perekonomian Indonesia, baik dari sisi fiskal, neraca pembayaran, maupun pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2014 diperkirakan masih melambat. Konsumsi diperkirakan sedikit melambat didorong masih lambatnya konsumsi pemerintah sejalan dengan program penghematan dan melambatnya konsumsi rumah tangga sebagai dampak dari kenaikan inflasi.

    Dengan perkembangan ekonomi global dan domestik tersebut, secara keseluruhan tahun 2014, pertumbuhan diperkirakan mendekati batas bawah kisaran 5,1-5,5 persen, sesuai dengan koreksi kedua yang dilakukan Bank Indonesia pada Mei 2014. Ke depan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan mulai membaik pada triwulan I-2015 dengan konsumsi kembali meningkat didorong oleh kenaikan konsumsi pemerintah seiring dengan membesarnya ruang fiskal pascapenyesuaian harga BBM bersubsidi dari Rp 6.500/liter (Premium) menjadi Rp 7.600/liter. Meningkatnya pertumbuhan konsumsi tersebut akan mendorong kenaikan investasi baik bangunan maupun nonbangunan. Dari sisi eksternal, meskipun terjadi peningkatan ekspor manufaktur, secara keseluruhan pertumbuhan ekspor masih terbatas akibat masih tertekannya ekspor komoditas sejalan dengan melambatnya permintaan negara berkembang. Untuk keseluruhan tahun 2015, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan mencapai kisaran 5,4-5,8 persen.

    Oleh Muslimin Anwar
    Dosen FE UI; Tulisan Pendapat Pribadi
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 comments:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Proyeksi dan Koreksi Pertumbuhan Ekonomi Rating: 5 Reviewed By: Jazari Abdul Hamid

    Popular Posts

    Scroll to Top