MAGELANG, suaramerdeka.com – Harga cabai yang beberapa pekan lalu harganya menembus angka Rp 100 ribu/kilogram (kg), kini anjlok menjadi Rp 10 ribu/kg. “Saat ini pasaran cabai tengah berada di masa paceklik,” kata pedagang cabai Musaroh, Rabu (4/2).
Pedagang cabai warga Desa Sriwedari ini menuturkan, kini harga cabai keriting dia beli dari petani seharga Rp 10.500/kg, cabai rawit atau cabai setan Rp 18 ribu/kg, cabai rawit hijau atau cabai lokal berkisar Rp 8-10 ribu/kg. Istri Harkos Medi (37) ini berkecimpung di bisnis cabai sejak 2005. Dia membeli semua jenis cabai dari Jawa selanjutnya dijual ke Sumatera dan melayani pembeli lokal.
Dikatakan, di pulau Sumatera ada adik suaminya yang memasarkan cabai di sana. Dalam hal ini dia hanya mengirim barang ke Sumatera tanpa label harga. Sebab yang menentukan harga jualnya adalah adik dia yang berada di Sumatera.
Warga asal Pekalongan yang bersuami orang Padang ini mengaku sangat merasakan dampak musim paceklik cabai. Sebab dari harga mahal tiba-tiba turun drastis. Celakanya lagi, kadang dagangan cabai tengah dalam perjalanan menuju Pulau Sumatera, tiba-tiba ada pengumuman harganya anjlok. “Itu memang risiko pedagang cabai. Kami memang harus berspekulasi dan siap merugi,” katanya.
Selama ini dia mendapat setoran cabai dari pengepul maupun petani cabai asal Salaman, Kajoran, dan Kaliangkrik, seluruhnya wilayah Kabupaten Magelang, juga dari Purworejo. Pendek kata dia tidak pernah kehabisan stok cabai siap jual. Setiap hari dia mengirim cabai ke Sumatera minimal satu ton.
Dia selain menjual cabai ke beberapa daerah di Pulau Sumatera juga menjual ke Jakarta. Setiap hari pasti melakukan pengiriman ke beberapa daerah di Jawa maupun Sumatera. Adapun pengirimannya menggunakan truk dan kadang pesawat terbang. Pengepakan cabai dilakukan pada malam hari. Tak jarang pengepakannya sampai pagi hari berikutnya. Hal itu dipengaruhi waktu pengiriman dari pengepul kepada dia.
Pengiriman cabai menggunakan truk menuju Sumatera waktunya rata-rata selama tiga hari. “Kerja sebagai bakul cabai memang panas dan ada beban pikiran. Spekulasi semua, kadang cabai dalam perjalanan harganya turun,” keluhnya.
Anjloknya harga cabai saat ini, menurut perkiraan dia akibat musim panen yang bersamaan, yakni di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Medan. Dia pun sudah menyadari bahwa bisnis cabai sudah ada siklusnya. Ada masa untung selama berapa bulan, masa rugi sekian bulan, dan masa paceklik sekitar bulan Januari-Februari. “Maka hasil kerja satu bulan bagaimana caranya bisa untuk hidup satu tahun,” imbuhnya.
(Eko Priyon0/CN41/SMNetwork)
Pedagang cabai warga Desa Sriwedari ini menuturkan, kini harga cabai keriting dia beli dari petani seharga Rp 10.500/kg, cabai rawit atau cabai setan Rp 18 ribu/kg, cabai rawit hijau atau cabai lokal berkisar Rp 8-10 ribu/kg. Istri Harkos Medi (37) ini berkecimpung di bisnis cabai sejak 2005. Dia membeli semua jenis cabai dari Jawa selanjutnya dijual ke Sumatera dan melayani pembeli lokal.
Dikatakan, di pulau Sumatera ada adik suaminya yang memasarkan cabai di sana. Dalam hal ini dia hanya mengirim barang ke Sumatera tanpa label harga. Sebab yang menentukan harga jualnya adalah adik dia yang berada di Sumatera.
Warga asal Pekalongan yang bersuami orang Padang ini mengaku sangat merasakan dampak musim paceklik cabai. Sebab dari harga mahal tiba-tiba turun drastis. Celakanya lagi, kadang dagangan cabai tengah dalam perjalanan menuju Pulau Sumatera, tiba-tiba ada pengumuman harganya anjlok. “Itu memang risiko pedagang cabai. Kami memang harus berspekulasi dan siap merugi,” katanya.
Selama ini dia mendapat setoran cabai dari pengepul maupun petani cabai asal Salaman, Kajoran, dan Kaliangkrik, seluruhnya wilayah Kabupaten Magelang, juga dari Purworejo. Pendek kata dia tidak pernah kehabisan stok cabai siap jual. Setiap hari dia mengirim cabai ke Sumatera minimal satu ton.
Dia selain menjual cabai ke beberapa daerah di Pulau Sumatera juga menjual ke Jakarta. Setiap hari pasti melakukan pengiriman ke beberapa daerah di Jawa maupun Sumatera. Adapun pengirimannya menggunakan truk dan kadang pesawat terbang. Pengepakan cabai dilakukan pada malam hari. Tak jarang pengepakannya sampai pagi hari berikutnya. Hal itu dipengaruhi waktu pengiriman dari pengepul kepada dia.
Pengiriman cabai menggunakan truk menuju Sumatera waktunya rata-rata selama tiga hari. “Kerja sebagai bakul cabai memang panas dan ada beban pikiran. Spekulasi semua, kadang cabai dalam perjalanan harganya turun,” keluhnya.
Anjloknya harga cabai saat ini, menurut perkiraan dia akibat musim panen yang bersamaan, yakni di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Medan. Dia pun sudah menyadari bahwa bisnis cabai sudah ada siklusnya. Ada masa untung selama berapa bulan, masa rugi sekian bulan, dan masa paceklik sekitar bulan Januari-Februari. “Maka hasil kerja satu bulan bagaimana caranya bisa untuk hidup satu tahun,” imbuhnya.
(Eko Priyon0/CN41/SMNetwork)
0 comments:
Post a Comment