
Menurut petani Desa Kracak, Ajibarang Sarto (60), tanaman padi usia panen selas satu bau atau 800 meter persegi dijual ke tengkulak secara sistem tebas sebesar Rp 15 juta. Harga ini lebih tinggi dibanding nilai tebasan tiga bulan lalu.
“Nilai tebasan tanaman padi pada Januari lebih tinggi sebesar Rp 2 juta dari pada tebasan sebelumnya sebesar Rp 13 juta,” katanya.
Nilai tebasan saat ini, sambung dia, memberikan petani dapat sedikit bernafas lega, sebab tidak mengalami kerugian. “Kami masih untung meski sedikit, tapi tidak rugi seperti beberapa bulan lalu,” katanya.
Pada bulan lalu harga tebasan tanaman padi usia panen rendah karena tanaman banyak terserang hama wereng batang coklat. Akibatnya, petani merugi.
“Kami merugi karena biaya produksi sangat tinggi. Kemarin tambahan biaya paling besar untuk pengendalian hama, tapi hasinya tidak optimal,” timpal petani lainnya, Jaman (55).
Kerugian petani, sambung dia, karena hasil tebasan tidak imbang dengan pengeluaran. Ia merinci biaya pengolahan lahan sampai usia tanaman padi dewasa sebesar Rp 5 juta. Sedangkan untuk sewa lahan satu bau sebesar Rp 5 juta.
“Biaya itu belum ditambahkan dengan biaya perawatan ketika tanaman terserang hama,” katanya.
Sementara itu, data dari Badan Pusat Statistik Jawa Tengah mengenai survei harga produsen gabah yang dilaksanakan pada Agustus 2014 di Jawa Tengah, mencatat sebanyak 119 observasi transaksi penjualan gabah di 16 kabupaten terpilih dengan komposisi jumlah observasi yang tetap didominasi oleh transaksi penjualan gabah kering panen (GKP) yaitu sebanyak 104 observasi (87,39%) diikuti kelompok gabah kering giling sebanyak 11 observasi (9,24%) dan kelompok gabah kualitas rendah sebanyak empat observasi (3,36%).
Dari hasil observasi yang berhasil dikumpulkan sebanyak 119 observasi transaksi harga penjualan gabah pada Agustus 2014, terbanyak berasal dari Kabupaten Banyumas sebanyak 30 observasi (25,21%) diikuti Kabupaten Kebumen sebanyak 16 observasi (13,45%), Kabupaten Klaten dan Pati masing-masing sembilan observasi (7,56%), Kabupaten Cilacap delapan observasi (6,724%).
Sementara untuk kabupaten Boyolali, Blora, Pemalang dan Tegal masing-masing ditemukan enam observasi (5,04%) dan selebihnya 19,33 persen tersebar di tujuh kabupaten lain kecuali Kabupaten Sukoharjo, Karanganyar dan Kendal tidak ditemukan transaksi penjualan gabah.
Petani di Banyumas berharap, pada masa panen padi yang diperkirakan akan dilaksanakan pada Maret – April, gabah kering panen maupun kering giling di tingkat petani tidak dihargai rendah.
“Kami harap harga gabah tetap tinggi supaya petani bisa menikmati keuntungan,” kata Jaman.
0 comments:
Post a Comment